Senin, 26 Oktober 2015

Mengatasi Inflasi Di Indonesia Melalui Kebijakan Pemerintah



MENGATASI INFLASI DI INDONESIA
MELALUI KEBIJAKAN PEMERINTAH

Dalam dunia bisnis tentunya banyak faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap kegiatan bisnis tersebut. Faktor tersebut salah satunya yaitu faktor politik yang dijalankan oleh suatu perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan tentang bisnis yang dijalankannya. Dalam berbisnis tentu politik bukanlah hal yang asing lagi, karena perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya memiliki politik yang dijalankan. Setiap kegiatan bisnis yang ada didalam perusahaan tersebut merupakan politik suatu perusahaan yang digunakan untuk mempertahankan kelancaran bisnisnya. Setiap perusahaan memiliki politik yang berbeda-beda karena antara perusahaan yang satu dengan yang lain memiliki politik sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan perusahaan tersebut. Kondisi politik yang mendukung akan menjadikan kegiatan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan tersebut menjadi lancar, sebaliknya jika kondisi politik itu tidak mendukung maka kegiatan bisnis dalam perusahaan akan menjadi terganggu. Kondisi politik suatu perusahaan yang kondusif akan menjadikan saham perusahaan tersebut menjadi naik pula. Kegiatan ekonomi politik yang berada disuatu perusahaan tidak dibatasi oleh apapun. Setiap pembentukan suatu pola bisnis dalam suatu perusahaan maka dalam pembuatan tersebut tidak lepas dari kegiatan politik. Dalam suatu perusahaan tentunya ada politik perusahaan yang digunakan untuk menjauhkan campur tangan pemerintah dalam hal bisnis. Ada juga politik yang didalamnya membutuhkan campur tangan pemerintah. Kebanyakan perusahaan yang berada di Indonesia politik yang dianutnya masih memerlukan campur tangan pemerintah.

Hal tersebut dapat dilihat dari kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah bagi perusahaan-perusahaan untuk menunjang kegiatan bisnisnya. Hal ini tentunya memberikan pengaruh terhadap perusahan tentang bisnis yang dijalankannya. Hubungan antara politik dan bisnis pada dasarnya lebih mengacu pada konteks ekonomi yang didalamnya dipengaruhi oleh kebijakan politik yang dibuat oleh perusahaan maupun kebijakan yang dibuat pemerintah bagi perusahaan tersebut. Pengaruh politik dalam bisnis pada dasarnya tidak dapat diukur dengan angka. Akan tetapi hanya dapat dilakukan analisa oleh para pengamat untuk menganalisa apa dampak yang akan ditimbulkan dari pengaruh politik tersebut terhadap perusahaan.

Pada dasarnya politik yang ada memiliki pengaruh bagi bisnis. Pengaruh tersebut akan dirasakan oleh perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Sistem politik perusahaan yang ada juga akan berubah sesuai dengan perubahan politik tersebut. Perubahan politik tersebut juga akan memberikan perubahan terhadap kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam dunia bisnis. Perubahan dibidang politik akan memberikan pengaruh terhadap perubahan politik suatu perusahaan yang nantinya akan berdampak langsung bagi kondisi bisnis disuatu perusahaan. Hal ini terjadi karena setiap terjadi perubahan maka akan berubah pula segala keputusan politik yang diambil oleh perusahaan untuk menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Masalah yang ditimbulkan dari perubahan politik dalam dunia bisnis dapat berupa kesulitan ekonomi dalam berbisnis serta dapat juga menimbulkan suatu ketegangan antara perusahaan dengan pemerintah. Untuk mengatasi ketegangan antara pemerintah dan perusahaan dalam dunia bisnis maka perlu adanya pembagian kekuasaan. Hal ini diperlukan agar dalam pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan perubahan politik akan lebih memberikan manfaat bagi pemerintah dan perusahaan tersebut dan tidak ada diskriminasi dalam hal tersebut. Dalam dunia bisnis pengambilan kutusan olitik sangat berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis karena politik memiliki peranan yang sangat penting untuk kelancaran bisnis.

Apa kalian sudah tahu, inflasi di indonesia itu bisa membahayakan negara kita?. Mungkin sebagian dari kalian ada yang belum tahu, untuk itu saya akan menjelaskan sedikit apa sih inflasi itu, kok bisa sampai membahayakan negara indonesia. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, ada dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator. Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi yang berasal dari dalam negeri misalnya akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi yang bersal dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang. Berdasarkan penyebabnya, Inflasi disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan distribusi (kurangnya produksi dan juga termasuk kurangnya distribusi).

 Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fisikal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
·      Inflasi permintaan terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
·      Inflasi desakan biaya terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal, yaitu : kenaikan harga, misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang. 

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun pada tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.

Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat. Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).

Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen -- salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian -- akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi. Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola sasaran inflasi banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.

Salah satu cara mengatasi inflasi dengan kebijakan pemerintah yaitu melalui kebijakan fisikal dan kebijakan moneter. Cara ini dilakukan pemerintah agar tidak menyebabkan dampak inflasi seperti meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus, menjadi tidak meluas. Karena inflasi dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sebaliknya, kebijakan yang diambil juga harus dapat mencegah penyebab inflasi maupun timbulnya deflasi. Contoh kebijakan fisikal pemerintah, misalnya adalah menurunkan pungutan pajak secara dinamis, menaikkan insentif bagi dunia usaha yang melakukan perdagangan internasional, kebijakan ekspor-impor yang secara positif dapat menurunkan tingkat inflasi, kebijakan pembangunan infrastruktur yang tidak menekan dunia usaha, dll. Dampak positifnya, dapat meningkatkan gairah sektor-sektor industri yang pada akhirnya penyerapan tenaga kerja meningkat; bukan justru memperbanyak PHK dan pengangguran. Sementara, kebijakan moneter dapat mendorong pertumbuhan perekonomian jika dapat mengatasi inflasi menjadi tidak lebih tinggi. Bank Indonesia umumnya mengandalkan jumlah uang yang beredar dan/ tingkat suku bunga dalam mengendalikan harga. Selain itu, Bank Indonesia juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik dan kurs rupiah terhadap mata uang asing, terutama dollar (USD).

Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi negara, yang pada akhirnya memberikan manfaat positif bagi peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Pentingnya pengendalian inflasi yang tinggi dan tidak stabil, dapat memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Sekali lagi, untuk mengatasi inflasi, pemerintah dan Bank Indonesia melalui kebijakan moneter, contohnya menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sampai dengan suku bunga dasar kredit perbankan. Jadi, moment ini bisa pergunakan untuk investasi deposito dan tidak mengambil kredit di bank.







 Sumber dari : http:// academia.edu kebijakan-pemerintah-dalam-mengatasi inflasi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar