Senin, 26 Oktober 2015

Mengatasi Inflasi Di Indonesia Melalui Kebijakan Pemerintah



MENGATASI INFLASI DI INDONESIA
MELALUI KEBIJAKAN PEMERINTAH

Dalam dunia bisnis tentunya banyak faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap kegiatan bisnis tersebut. Faktor tersebut salah satunya yaitu faktor politik yang dijalankan oleh suatu perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan tentang bisnis yang dijalankannya. Dalam berbisnis tentu politik bukanlah hal yang asing lagi, karena perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya memiliki politik yang dijalankan. Setiap kegiatan bisnis yang ada didalam perusahaan tersebut merupakan politik suatu perusahaan yang digunakan untuk mempertahankan kelancaran bisnisnya. Setiap perusahaan memiliki politik yang berbeda-beda karena antara perusahaan yang satu dengan yang lain memiliki politik sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan perusahaan tersebut. Kondisi politik yang mendukung akan menjadikan kegiatan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan tersebut menjadi lancar, sebaliknya jika kondisi politik itu tidak mendukung maka kegiatan bisnis dalam perusahaan akan menjadi terganggu. Kondisi politik suatu perusahaan yang kondusif akan menjadikan saham perusahaan tersebut menjadi naik pula. Kegiatan ekonomi politik yang berada disuatu perusahaan tidak dibatasi oleh apapun. Setiap pembentukan suatu pola bisnis dalam suatu perusahaan maka dalam pembuatan tersebut tidak lepas dari kegiatan politik. Dalam suatu perusahaan tentunya ada politik perusahaan yang digunakan untuk menjauhkan campur tangan pemerintah dalam hal bisnis. Ada juga politik yang didalamnya membutuhkan campur tangan pemerintah. Kebanyakan perusahaan yang berada di Indonesia politik yang dianutnya masih memerlukan campur tangan pemerintah.

Hal tersebut dapat dilihat dari kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah bagi perusahaan-perusahaan untuk menunjang kegiatan bisnisnya. Hal ini tentunya memberikan pengaruh terhadap perusahan tentang bisnis yang dijalankannya. Hubungan antara politik dan bisnis pada dasarnya lebih mengacu pada konteks ekonomi yang didalamnya dipengaruhi oleh kebijakan politik yang dibuat oleh perusahaan maupun kebijakan yang dibuat pemerintah bagi perusahaan tersebut. Pengaruh politik dalam bisnis pada dasarnya tidak dapat diukur dengan angka. Akan tetapi hanya dapat dilakukan analisa oleh para pengamat untuk menganalisa apa dampak yang akan ditimbulkan dari pengaruh politik tersebut terhadap perusahaan.

Pada dasarnya politik yang ada memiliki pengaruh bagi bisnis. Pengaruh tersebut akan dirasakan oleh perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Sistem politik perusahaan yang ada juga akan berubah sesuai dengan perubahan politik tersebut. Perubahan politik tersebut juga akan memberikan perubahan terhadap kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam dunia bisnis. Perubahan dibidang politik akan memberikan pengaruh terhadap perubahan politik suatu perusahaan yang nantinya akan berdampak langsung bagi kondisi bisnis disuatu perusahaan. Hal ini terjadi karena setiap terjadi perubahan maka akan berubah pula segala keputusan politik yang diambil oleh perusahaan untuk menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Masalah yang ditimbulkan dari perubahan politik dalam dunia bisnis dapat berupa kesulitan ekonomi dalam berbisnis serta dapat juga menimbulkan suatu ketegangan antara perusahaan dengan pemerintah. Untuk mengatasi ketegangan antara pemerintah dan perusahaan dalam dunia bisnis maka perlu adanya pembagian kekuasaan. Hal ini diperlukan agar dalam pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan perubahan politik akan lebih memberikan manfaat bagi pemerintah dan perusahaan tersebut dan tidak ada diskriminasi dalam hal tersebut. Dalam dunia bisnis pengambilan kutusan olitik sangat berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis karena politik memiliki peranan yang sangat penting untuk kelancaran bisnis.

Apa kalian sudah tahu, inflasi di indonesia itu bisa membahayakan negara kita?. Mungkin sebagian dari kalian ada yang belum tahu, untuk itu saya akan menjelaskan sedikit apa sih inflasi itu, kok bisa sampai membahayakan negara indonesia. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, ada dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator. Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi yang berasal dari dalam negeri misalnya akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi yang bersal dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang. Berdasarkan penyebabnya, Inflasi disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan distribusi (kurangnya produksi dan juga termasuk kurangnya distribusi).

 Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fisikal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
·      Inflasi permintaan terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
·      Inflasi desakan biaya terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal, yaitu : kenaikan harga, misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang. 

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun pada tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.

Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat. Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).

Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen -- salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian -- akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi. Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola sasaran inflasi banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.

Salah satu cara mengatasi inflasi dengan kebijakan pemerintah yaitu melalui kebijakan fisikal dan kebijakan moneter. Cara ini dilakukan pemerintah agar tidak menyebabkan dampak inflasi seperti meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus, menjadi tidak meluas. Karena inflasi dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sebaliknya, kebijakan yang diambil juga harus dapat mencegah penyebab inflasi maupun timbulnya deflasi. Contoh kebijakan fisikal pemerintah, misalnya adalah menurunkan pungutan pajak secara dinamis, menaikkan insentif bagi dunia usaha yang melakukan perdagangan internasional, kebijakan ekspor-impor yang secara positif dapat menurunkan tingkat inflasi, kebijakan pembangunan infrastruktur yang tidak menekan dunia usaha, dll. Dampak positifnya, dapat meningkatkan gairah sektor-sektor industri yang pada akhirnya penyerapan tenaga kerja meningkat; bukan justru memperbanyak PHK dan pengangguran. Sementara, kebijakan moneter dapat mendorong pertumbuhan perekonomian jika dapat mengatasi inflasi menjadi tidak lebih tinggi. Bank Indonesia umumnya mengandalkan jumlah uang yang beredar dan/ tingkat suku bunga dalam mengendalikan harga. Selain itu, Bank Indonesia juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik dan kurs rupiah terhadap mata uang asing, terutama dollar (USD).

Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi negara, yang pada akhirnya memberikan manfaat positif bagi peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Pentingnya pengendalian inflasi yang tinggi dan tidak stabil, dapat memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Sekali lagi, untuk mengatasi inflasi, pemerintah dan Bank Indonesia melalui kebijakan moneter, contohnya menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sampai dengan suku bunga dasar kredit perbankan. Jadi, moment ini bisa pergunakan untuk investasi deposito dan tidak mengambil kredit di bank.







 Sumber dari : http:// academia.edu kebijakan-pemerintah-dalam-mengatasi inflasi.html

Kebijakan Pemerintah Menurut Teori Makro & Mikro

KEBIJAKAN PEMERINTAH MENURUT 
TEORI EKONOMI MAKRO DAN MIKRO


Istilah ‘ekonomi’ berasal dari bahasa Yunani oikonomia, yaitu gabungan kata oikos-nomos. Oikos berarti rumah tangga, sedangkan nomos berarti aturan. Oikonomia mengandung arti aturan yang berlaku untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam suatu rumah tangga. Secara istilah, ilmu ekonomi yaitu ilmu yang mempelajari berbagai tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Berdasarkan ruang lingkupnya, ilmu ekonomi terbagi dalam kedua kajian yakni Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro. Adapun pengertiannya yaitu sebagai berikut :

*         Ekonomi Mikro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang menganalisa bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian (dalam lingkup kecil) seperti harga, biaya produksi, perilaku produsen, perilaku konsumen, permintaan, penawaran, teori produksi, elastisitas, dan lain-lain. Ekonomi mikro mempelajari bagaimana rumah tangga individual atau perusahaan pengambil keputusan dan melakukuan interaksi di pasar tertentu. Contohnya seperti bagaimana harga suatu barang terbentuk? Bagaimana menentukan harga? Bagaimana memproduksi untuk mencapai tingkat paling efisien? Bagaimana perusahaan memperoleh laba maksimum? Bagaimana konsumen memperoleh kepuasan maksimum?
*         Ekonomi Makro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang menganalisis kegiatan perekonomian secara keseluruhan (dalam lingkup luas) seperti inflasi, pendapatan nasional, kesempatan kerja, pengangguran, kebijakan fiskal, kebijakan moneter, neraca pembayaran, investasi, dan lain-lain. Ekonomi Makro mengkaji fenomena perekonomian secara menyeluruh atau luas. Contoh : inflasi, pengangguran, pendapatan nasional, kesempatan kerja, pengangguran, kebijakan fiskal, kebijakan moneter, neraca, pembayaran, investasi, dan pertumbuhan ekonomi.
Teori mikroekonomi dapat didefinisikan sebagai satu bidang studi dalam ilmu ekonomi yang menganalisis mengenai bagian - bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian. Dalam teori mikroekonomi masalah ekonomi dibedakan menjadi 3 persoalan yang dinyatakan dengan : 
1.      Apakah jenis – jenis barang dan jasa yang perlu diproduksi?
2.      Bagaimanakah barang dan jasa yang diperlukan masyarakat akan dihasilkan?
3.      Untuk siapakah barang dan jasa perlu dihasilkan?

Teori makroekonomi menganalisis masalah tentang keseluruhan kegiatan perekonomian. Aspek pertama yang dibahas dalam teori makrokonomi adalah mengenai penentuan tingkat kegiatan perekonomian negara. Analisis ini menerangkan tentang sampai dimana suatu perekonomian akan menghasilkan barang dan jasa. Dalam makroekonomi juga merinci tentang analisis mengenai pengeluaran agregat kepada 4 komponen yaitu :
  1. Pengeluaran rumah tangga ( konsumsi rumah tangga )
  2. Pengeluaran pemerintah
  3. Pengeluaran perusahaan ( investasi )
  4. Ekspor dan impor
Teori makroekonomi meliputi juga analisis dalam berbagai aspek berikut :
  1. masalah ekonomi yang dihadapi, terutama pengangguran dan inflasi, dan bentuk kebijakan pemerintah untuk mengatasinya
  2. Peranan uang dalam penentuan kgiatan ekonomi
Masalah pengangguran dan inflasi pada  umumnya pengeluaran agregat yang yang sebenarnya adalah lebih rendah daripada yang diperlukan untuk mencapai kesempatan kerja penuh. Keadaan seperti ini akan menimbulkan pengangguran. Ada kalanya permintaan agregat yang melebihi kemampuan perekonomian untuk memperoduksi barang dan jasa akan menyebabkan nkeaikan harga atau inflasi.Peranan kebijakan pemerintah. Langkah – langkah pemerintah intuk mengatasi masalah pengangguran dan inflasi dibedakan menjadi 2 bentuk yaitu:
Ø  Kebijakan Fiskal
Ø  Kebijakan Moneter

KEBIJAKAN FISKAL Yaitu kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengolah / mengarahkan perekonomian ke kondisi yangb lebih baik atau diinginkan dengan cara mengubah-ubah peneriamaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan Fiskal mempunyai kebijakan yang sama dengan Kebijakan Moneter. Perbedaannya terletak pada isntrument kebijakannya. Jika dalam Kebijakan Moneter pemerintah mengendalikan jumlah uang yang beredar, maka dalam Kebijakan Fiskal pemerintah mengendalikan penerimaan ( T ) dan pengeluaran ( G ).
PAJAK Secara hukum Pajak didefinisikan sebagai iuran wajib kepada pemerintah yang bersifat memaksa dan legal ( berdasarkan undang-undang ), sehingga pemerintah mempunyai kekuatan hukum ( misalnya denda atau kurungan penjara ) untuk menindak wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban. Secara Ekonomi Pajak didefinisikan sebagai pemindahan sumber daya yang ada di sektor rumah tangga dan perusahaan ( dunia usaha ) ke sektor pemerintah melalui mekanisme pemungutan tanpa memberi balas jasa langsung. Besarnya pajak yang diterima pemerintah dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, sebaliknya pajak dapat mempengaruhi pola laku produksi atau konsumsi.
KLASIFIKASI PAJAK
A.     Pajak Objektif
Adalah pajak yang dikenakan berdasarkan aktivitas ekonomi para wajib pajak.
Misalnya pajak pertambahan nilai ( PPN )
B.     Pajak Subjektif
Adalah pajak yang dipungut dengan melihat kemampuan wajib pajak. Biasanya bila kemampuan wajib pajak makin besar, beban pajaknya makin besar.
C.     Pajak Langsung
Adalah pajak yang beban pajaknya tidak dapat digeser kepada wajib pajak yang lain.
Misalnya pajak penghasilan ( PPh ) serta pajak bumi dan bangunan ( PBB )
D.     Pajak Tidak Langsung
Adalah pajak yang beban pajaknya dapat digeser kepada wajib pajak yang lain
Misalnya : pajak penjualan ( PPn atau PPnBM )
TARIF PAJAK
Tarif pajak di bagi menjadi 2 yaitu :
a.       Pajak Nomianal
Adalah pajak yang pengenaannya berdasarkan sejumlah nilai nominal tertentu.
Misalnya bila pengenaan pajak pendapatan sebesar 50, maka cukup ditulis T=50
b.      Pajak Persentase
Adalah pajak yang ditetapkan berdasarkan persentase tertentu dari dasar pengenaan pajak. Pajak persentase dapat dibedakan menjadi :
1.Pajak Proporsional, tarif presentasenya tetap.
2.Pajak Progresif, tarifnya makin tinggi bila dasar pengenaan pajaknya makin tinggi.
3.Pajak Regresif, tarif pajak makin rendah pada saat penghasilan meningkat.
POLITIK ANGGARAN
Politik anggaran dibagi menjadi :
a.       Anggaran Defisit ( Deicit Budget )
Adalah anggaran yang direncanakan untuk defisit, sebab pengeluaran pemerintah direncanakan lebih besar dari penerimaan pemerintah  ( T<G atau G<T )
b.      Anggaran Surplus ( Surplus Budget )
Adalah anggaran pemerintah bila penerimaan lebih besar dari pengeluaran ( T>G atau G>T ). Politik anggaran surplus dilakukan bila perekonomian sedang dalam tahap memanas. Melalui anggaran ini pemerintah mengerem pengeluarannya untuk menurunkan tekanan pemerintah atau mengurangi daya beli dengan menaikkan pajak.
c.       Anggaran Berimbang ( Balance Budget )
Adalah anggaran yang apabila pengeluaran sama dengan penerimaan   (G=T atau T=G )



KEBIJAKAN MONETER  (istilah lainnya kebijakan uang ketat ) adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan ( lebih baik ) dengan mengatur jumlah uang yang beredar. Melalui kebijakan moneter pemerintah dapat mempertahankan, menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dalam upaya mempertahankan kemampuan ekonomi bertumbuh, sekaligus mengendalikan inflasi.
INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER Ada 3 instrumen kebijakan instrumen yang digunakan untuk mengatur jumlah uang yang beredar yaitu :
1.      Operasi pasar terbuka ( open market operation )
Yaitu kebijakan pemerintah mengendalikan jumlah uang yang bredar dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga milik pemerintah.
Di Indonesia operasi pasar terbuka dilakukan dengan menjual atau membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SPBU).
2.      Fasilitas Diskonto ( Discount Rate )
Salah satu fasilitasnya yaitu adanya tingkat bunga diskonto yang maksudnya adalah tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah atas bank-bank umun yang meminjam ke bank sentral. Jika pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar, maka pemerintah melakukan suatu cara yaitu menurunkan tingkat bunga penjaman ( tingkat diskonto ). Dengan tingkat bunga pinjaman yang lebih murah, maka keinginan bank-bank untuk meminjam uang dari bank sentral menjadi lebih besar, sehingga jumlah uang yang beredar bertambah dan sebaliknya
3.      Rasio Cadangan Wajib ( Reserve Requirement Ratio )
Penetapan ratio cadangan wajib juga dapat mengubah jumlah uang yang beredar. Jka rasio cadangan wajib diperbesar, maka kemampuan bank memberikan kredit akan lebih kecil dibandingkan sebelumnya
4.      Imbaunan Moral ( Moral Persuasion )
Dengan imbauan moral, otoritas moneter mencoba mengarahkan atau mengendalikan jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dan keseimbangan ekonomi: analisis
Dalam perekonomian pasar, kenaikan tingkat bunga mengidentifikasikan telah terjadinya kelebihan permintaan investasi. Akibatnya dapat dilihat dari 2 sisi yaitu :
1.      Sisi Output
Kenaikan tingkat bunga akan menyebabkan ada beberapa rencana investasi yang dibatalkan, sebagai akibatnya pertambahan kapasitas produksi menjadi kecil.
2 . Sisi Biaya
Kenaikan tingkat bunga akan menaikkan biaya produksi dikarenakan naiknya biaya modal














Sumber dari : https://jurnal/kebijakan-pemerintah-dalam-bidang-ekonomi/