1) Pengangguran Friksionil,
yakni pengangguran yang terjadi karena
seseorang memilih mengganggur sambil menunggu pekerjaan yang lebih baik, yang
memberikan fasilitas dan keadaan yang lebih baik.
2) Pengangguran Struktural,
yakni pengangguran yang terjadi karena
seseorang diberhentikan oleh perusahaan, karena kondisi perusahaan yang sedang
mengalami kemunduran usaha, sehingga terpaksa mengurangi tenaga kerja.
3) Pengangguran Siklikal,
yakni pengangguran yang terjadi karena
terjadinya pengurangan tenaga kerja yang secara menyeluruh, dikarenakan
kemunduran dan resesi ekonomi. Sehingga ini mirip dengan pengangguran
struktural, hanya pada pengangguran jenis ini, kejadiannya adalah lebih meluas
dan menyeluruh.
4) Pengangguran Musiman,
yakni pengangguran yang terjadinya
dipengaruhi oleh musim. Jenis pengangguran ini sering terjadi pada sektor
pertanian. Misalnya ketika masa tanam dan panen, mereka berbondong-bondong
bekerja dan setelah masa tersebut mereka kembali tidak memiliki pekerjaan.
5) Pengangguran Tidak Kentara,
yakni pengangguran yang secara fisik
dan sepintas tidak kelihatan, namun secara ekonomi dapat dibuktikan bahwa
seseorang tersebut sesungguhnya menganggur.
B. BEBERAPA
RASIO-RASIO UNTUK MENGHITUNG TINGKAT PENGANGGURAN
1) Dependency Ratio,
rasio
ini menggambarkan seberapa besar beban secara ekonomi yang sebenarnya
ditanggung oleh penduduk usia kerja terhadap penduduk di luar usia kerja.
Indikator ekonomi ini dipergunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat beban
atau ketergantungan penduduk yang tidak produktif terhadap penduduk yang
produktif. Semakin tinggi nilai rasio ini semakin besar pula beban yang harus
ditanggung oleh penduduk yang produktif (dapat menghambat proses menuju
kemakmuran secara menyeluruh). Formulasi dari rasio ini adalah :
DR = Penduduk usia kerja dibagi penduduk diluar usia kerja
2)
Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja,
adalah
rasio yang mengukur seberapa besar dari penduduk yang berada dalam usia kerja
yang benar-benar merupakan angatan kerja. Indikator ini dipergunakan untuk
mengetahui sejauh mana prosentase penduduk yang telah memiliki usia kerja telah
bekerja/produktif. Semakin tinggi hasil perhitungan indikator ini, semakin baik
pula keadaannya. Formulasi dari rasio ini adalah :
TPAK = (Angkatan kerja / Penduduk usia kerja) X 100%
C. PEMBAGIAN
INFLASI DARI SUDUT PANDANG YANG BERBEDA DARI PARA AHLI EKONOMI
Jika dilihat dari
parah tidaknya, atau besar kecilnya inflasi yang muncul, inflasi dapat dibagi
dalam :
1) Inflasi ringan jika nilainya
berkisar 0% s/d 10%
2) Inflasi sedang jika nilainya
berkisar 10% s/d 30%
3) Inflasi berat jika nilainya
berkisar 30% s/d 100%
4) Hyperinflasi jika
nilainy >
100%
Jika dilihat dari
sebab-sebab kemunculannya dibagi dalam :
1) Inflasi karena naiknya
permintaan, yakni inflasi yang terjadi karena adanya gejala naiknya
permintaan secara umum, sehingga sesuai dengan hukum permintaan maka hargapun
secara umum akan cenderung naik. Proses terjadinya dapat dilihat dari grafik
berikut :
2)
Inflasi yang terjadi karena naiknya biaya produksi, terjadi
jika kecenderungan naiknya harga diakibatkan karena naiknya biaya produksi,
seperti naiknya upah tenaga kerja, naiknya harga bahan baku dan penolong, dan
sejenisnya. Jika ini yang terjadi akibatnya adalah lebih buruk dari inflasi
yang disebabkan karena naiknya permintaan masyarakat. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dari grafik berikut :
3) Inflasi yang
berasal dari dalam negeri, adalah inflasi yang terjadi dikarenakan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam negeri, seperti misalnya peredaran
uang di dalam negeri yang terlalu banyak.
4) Inflasi yang
berasal dari luar negeri, inflasi yang terjadi di negara lain seringkali
merembet ke negara Indonesia. Proses terjadinya diawali dengan masuknya
komoditi impor yang telah terkena inflasi (harga naik) di negara asalnya.
Sehingga komoditi impor tersebut kita beli dengan harga yang mahal pula. Jika
kemudian komoditi tersebut kita olah sebagai bahan baku untuk untuk sebuah
produk, maka tentu harga produk tersebut akan menjadi mahal. Dengan demikian
semakin banyak kita mengimpor komoditi-komoditi yang terkena inflasi di negara
asalnya maka semakin terbuka kemungkinan terjadinya inflasi di Indonesia.
D.
DAMPAK
POSITIF DAN NEGATIF DARI INFLASI
Dampak Positif :
1. Inflasi yang
terkendali menggambarkan adanya aktivitas ekonomi dalam suatu negara.
2. Inflasi
terkendali merangsang masyarakat untuk terus berusaha bekerja keras untuk meningkatkan
kesejahteraannya, agar tetap dapat mengikuti penurunan nilai riil
pendapatannya.
Dampak Negatif :
1. Inflasi akan
menjadikan turunnya pendapatan riil masyarakat yang memiliki penghasilan tetap.
Karena dengan penghasilan yang tetap mereka tidak dapat menyesuaikan
pendapatannya (menaikkan pendapatannya) dengan kenaikan harga yang disebabkan
karena inflasi.
2. Inflasi
menyebabkan turunnya nilai riil kekayaan masyarakat yang berbentuk kas, karena
nilai tukar kas (uang misalnya) tersebut akan menjadi lebih kecil, karena
secara nominal (sesuai angka yang tertera di mata uang) harus menghadapi harga
komoditi persatuan yang lebih besar.
3. Inflasi akan
menyebabkan nilai tabungan masyarakat menjadi turun, sehingga orang akan
cenderung memilih menginvestasikan uangnya dalam aktiva yang lebih baik, dari
pada menabungkannya ke bank.
4. Inflasi akan
menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia terhambat, sebagai contoh, dari
sektor perdagangan luar negeri, maka komoditi ekspor Indonesia menjadi tidak
dapat lagi bersaing dengan komoditi sejenis di pasar dunia.