MIE AYAM PAK SABAR
RASANYA PEE..CA…HHHHH !!!

Tulisan kali ini sebenarnya akan menceritakan makanan MIE
AYAM yg dari dulu selalu menjadi favorite orang Indonesia dan di sini saya
sedikit berbagi pengalaman saya yang menyangkut masalah berhutang. Saya merasa
tergelitik ketika mengetahui tema freez minggu ini adalah tentang pengalaman
berhutang. Namun sesungguhnya saya merasa malu jika harus menceritakan kisah
yang sebenarnya terbilang unik dan lucu ini. Kenapa saya katakan seperti itu?
Yuk simak selengkapnya…
Mie ayam yg selalu saya kunjungi bersama teman-teman saya
kalo lagi mau makan siang. Disini bagi kita mie ayam nya rasanya enak banget,
harganya yang terjangkau membuat kita sebagai mahasiswi bisa mengatur keuangan
(anak akuntansi banget). Tapi bukan masalah itu ya guys yang membuat aku suka
makan di tempat itu. Karena pelayanan yang ramah, tempat yang bersih dan
nyaman. Sehingga orang yang makan di situ merasa enak banget. Eitsss.. itu aja
aja yang bisa aku jelasin tentang MIE AYAM ini, soalnya bagi saya ini MIE AYAM
THE BEST banget.. Rasanya itu lohhh PE..CAA..HHHH !!! Disini saya mau berbagi
pengalaman yang sangat memalukan, dan jangan sampai kalian kayak gini ya ….
Kisah ini terulang kembali ketika saya makan di sebuah
warung mie ayam yang menjadi tempat favorit saya jika sedang ingin makan mie
ayam. Saat itu saya datang hanya seorang diri. Sepulang kuliah di sore hari
sehabis waktu ashar. Teman-teman saya sudah banyak yang pulang. Dan akhirnya
saya putuskan untuk makan sendiri saja tanpa ditemani teman. Lagian sudah biasa
gitu kok… Sepulang kuliah perut terasa lapar. Dari pagi baru makan satu kali.
Pantas saja perut sudah terasa lapar dan harus segera di isi. Saat perut
keroncongan, otak susah untuk berpikir. Mau makan dimana ya bagusnya? Masalah harga
terserah yang penting tempatnya bersih, makanannya enak dan higienis dan
suasana tempatnya nyaman.
Di sekitar kampus banyak yang menjual makanan. Tapi karena
banyak belum saya singgahi dan tak tahu makanannya seperti apa, dan saya juga
tak mau asal coba-coba untuk hal memilih makanan maka saya putuskan untuk makan
mie ayam saja. Kok mie ayam sih? Mie kan gak baik. Ya apa boleh buat.. Yang
terlintas di pikiran hanya mie ayam favorit saya itu… Saya langsung mengarah ke
warung mie ayam tersebut. Dengan berjalan kaki tentunya. Karena jarangnya tak
jauh dari kampus maka dalam waktu sejenak saya pun sudah tiba di warung makan
itu. Dan langsung memesannya. “mas, mie ayam biasa satu ya..” Pesanku pada
tukang mie ayam. “oke mbak..”
Saya menuju meja makan yang masih kosong. Tas yang cukup
berat saya letakkan di lantai dengan menyandarkannya ke kaki meja. Kaca mata
yang terpasang saya lepaskan dan mengamankannya ke dalam saku kemeja. Satu kipa
pun saya keluarkan karena sore itu terasa gerah sekali. Keringat mengucur
perlahan. Sambil menunggu mie ayamnya jadi, perhatian saya tertuju pada layar
kaca yang menayangkan laga uji coba Timnas melawan Timor Leste. Masih babak
pertama… Tak lama, mie ayam pesananku jadi. Pelayannya mengantarkan ke mejaku.
“ini mbak..” Kata pelayan. “oh iya..” “mau minum apa?” “hmm.. Es teh aja..” Dan
hanya menunggu beberapa menit saja, es teh pun jadi dan sudah berada di atas
meja.
------------------------------------------------
Hmm… mie ayamnya enak.. Mienya kenyalnya pas.. Daging
ayamnya lembut.. Kuahnya gurih.. Sayurannya segar.. Ditambah sedikit kerupuk
pangsit yang masih garing. Semua itu tersaji dalam satu mangkuk. Supaya makin
maknyusssss, kasih sambal.. Wong jowo maem ora ngge Lombok kui ra enak.. He he
he…
Sedikit demi sedikit mie ayam pun naik silih berganti menuju
rongga mulut tak mau berhenti menguyah. Dengan menggunakan sepasang sumpit mie
ayam jadi semakin lama habisnya.. (maklum saya bukan orang jepang melainkan
jowo tulen). Pertandingan laga uji coba Timnas melawan Timor Leste juga semakin
sengit. Masih belum tercipta satu pun gol oleh kedua tim hingga babak pertama
berakhir. Ahh… bayangan dompet tiba-tiba terlintas di dalam benak. Maka saya
langsung meraba ta dan mencari dompet untuk memastikan keberadaan dompet masih
ada gak?? Ya Tuhan!! Kalaupun dempet ada, bagaimana dengan uangnya? Perasaan
terakhir kali uang yang tersisa di dompet sudah menipis. Hanya beberapa ribu
saja. Saya sudah mulai merasa sedikit panik. Takut jika nanti uangnya kurang
atau malah tak ada uang sepersen pun dalam dompet. Lupakan kekhawatiran itu
sejenak. Yang penting habiskan dulu mie ayamnya. Jika perut sudah terisi, pkiran
pun akan lancar.. Yo pora??
Hap… ini suapan terakhir. Jangan lupa habiskan dulu es
tehnya. Brrrrr… es tehnya bikin kerongkongan terasa segar.. Oke.. Semuanya
sudah beres.. Mie ayamnya ludes hanya sisa sedikit kuah, es tehnya juga hanya
tinggal dua bongkahan es batu. Apa lagi ya? Ya tinggal bayar.. Uangnya ada gak?
Kepanikan kembali menyerang. Saya merasa deg-degan, perasaan saya meyakini
kalau uang yang ada di dompet pasti kurang. Benarkah? Yup! Ternyata benar.
Padahal seporsi mie ayam plus es teh harganya Rp 20.000 saja. Wiihh.. Murah
banget.. Ini bukan masalah harga, tapi menyangkut masalah harga diri. Sekarang
ini harga diri saya harus dipertaruhkan gara-gara hanya seporsi mie ayam.
Berapa uang yang ada di dompet? Hanya tersisa selembar uang pecahan Rp 17.000.
Duh.. Kasihan banget ya nasib mahasiswa yang satu ini. Uangnya tinggal Rp 17.000
yang tersisa di dompet. Eitsss… jangan salah paham dulu.. Ini bukan masalah ada
atau tidaknya uang. Karena uangku kebetulan cukup banyak di tabungan. Tinggal
tarik di ATM saja..
Dengan langkah malu dan penuh beban, saya menghampiri si
tukang mie ayam. “berapa mas?” Sok-sok nanya padahal dah tau duitnya kurang.. “apa aja?” Tanya si penjual. “mie ayam biasa
plus es teh..” “biasa… enam setengah aja.. Dengan perasaan malu terpaksa saya
harus mengatakan kalau uang yang ada di dompet hanya selembar pecahan 17.000.
“maaf mas.. Uangnya kurang.. Aku lupa tadi ke ATM. Ngutang dulu ya..”
Cantik-cantik kok ngutang.. Ha ha ha “oh gitu.. Santai aja.. Gapapa kok..”
Ekspresi si tukang mie ayam hanya datar. Mungkin karena memang saya sudah
sering makan mie ayam disana jadi mas penjualnya sudah hafal wajah saya. Namun
walau demikian, tetap saja hati ini merasa malu. Untung saja tak ada pembeli
lain yang memperhatikan kami. Tapi tetap saja, muka ini mau disembunyikan
dimana?
------------------------------------------------
Itu salah satu pengalaman yang pernah saya alami. Saya harus
berhutang walau hanya 3.000 saja. Apalah nilai uang sekecil itu. Yaa.. Tapi apa
boleh buat?? Kejadian sudah terjadi begitu saja.. Ada pengalaman lain yang juga
menyangkut kelupaan menyediakan uang saat makan di luar. Ketika itu saya makan nasi
padang. Ketika perut sudah kenyang barulah saya menyadari jika ternyata uang
yang ada di dompet tidak cukup membayar harga seporsi nasi padang yang telah
disantap dengan lahap. Uangnya kurang. Dan untungnya saya selalu membawa kartu
ATM. Dan pada akhirnya saya bisa mengambil uang di ATM yang berada tak jauh
dari warung nasi padang itu. Dan saya bisa membayarnya dengan uang pas. Namun
walau demikian tetap saja ada tinggal perasaan malu di hati ini. Karena saat
pergi ke ATM, tas sengaja saya tinggal sebagai jaminan untuk meyakinkan bahwa
saya memang pergi ke ATM untuk menarik uang.
------------------------------------------------
Sebuah pengalaman yang cukup menarik dan berkesan ya…
berhutang memang tak akan pernah lepas dari diri manusia. Setiap orang pasti
pernah berhutang dalam hidupnya. Saya, anda dan semua orang di dunia ini pernah
berhutang. Baik itu hutang dalam jumlah besar maupun kecil. Dan berhutang pasti
akan meninggalkan beban moral dan psikologis bagi orang yang sedang berhutang
tersebut. Apa pelajaran yang bisa kita petik dari kisah pengalaman diatas? Ada
beberapa hal yang sekiranya perlu untuk kita cermati bersama agar ke depannya
apa yang saya alami ini tidak menimpa diri anda. Diantaranya adalah: Selalu cek
uang yang tersedia di dompet Rutin dan ceklah selalu sisa uang yang ada di
dompet anda. Ketika sudah menipis maka segeralah tambah kembali.
Sediakan uang yang cukup di dalam dompet. Agar ketika
melakukan transaksi jika merepotkan kita hanya gara-gara kekurangan uang di
dalam dompet. Belanja sesuai budget Jika memang anda lupa mengisi ulang uang di
dompet maka ketika akan berbelanja sesuaikan dengan sisa uang ada tersebut.
Selalu bawa kartu ATM Jika memang nantinya anda ternyata kekurangan uang di
dompet maka solusinya adalah menarik uang di ATM. Oleh sebab itu kartu ATM
harus selalu ada di dompet agar mudah dan tinggal langsung ambil uang di ATM.
Teman bisa jadi malaikat Ada baiknya jika ada mengajak teman untuk berbelanja.
Jika anda mengalami kisah seperti diatas maka keberadaan teman bisa diandalkan.
Pinjam dulu uang teman jika uang kita kurang. Dan setelah itu uang pinjaman tersebut
segera dilunasi kembali.
Demikianlah kisah pengalaman yang saya alami sendiri
mengenai masalah berhutang. Semoga kisah saya ini bermanfaat bagi kita semua.
Dan ada perlunya bagi teman-teman semua untuk menyimak pelajaran yang bisa kita
ambil bersama. Sebisa mungkin jangan sampai berhutang. Karena bebannya terasa
sangat berat. Berhutanglah jika kondisinya memang sngat mendesak seperti kisah
saya diatas. He he he..
ulisan kali ini
sebenarnya akan menceritakan sedikit pengalaman saya yang menyangkut
masalah berhutang. Saya merasa tergelitik ketika mengetahui tema freez
minggu ini adalah tentang pengalaman berhutang. Namun sesungguhnya saya
merasa malu jika harus menceritakan kisah yang sebenarnya terbilang unik
dan lucu ini. Kenapa saya katakana seperti itu? Yuk simak selengkapnya…
Kisah ini terulang kembali ketika saya makan di sebuah warung mie ayam
yang menjadi tempat favorit saya jika sedang ingin makan mie ayam. Saat
itu saya datang hanya seorang diri. Sepulang kuliah di sore hari sehabis
waktu ashar. Teman-teman saya sudah banyak yang pulang. Dan akhirnya
saya putuskan untuk makan sendiri saja tanpa ditemani teman. Lagian
sudah biasa gitu kok…
Sepulang kuliah perut terasa lapar. Dari pagi baru makan satu kali.
Pantas saja perut sudah terasa lapar dan harus segera di isi. Saat perut
keroncongan, otak susah untuk berpikir. Mau makan dimana ya bagusnya?
Masalah harga terserah yang penting tempatnya bersih, makanannya enak
dan higienis dan suasana tempatnya nyaman. Di sekitar kampus banyak yang
menjual makanan. Tapi karena banyak belum saya singgahi dan tak tahu
makanannya seperti apa, dan saya juga tak mau asal coba-coba untuk hal
memilih makanan maka saya putuskan untuk makan mie ayam saja. Kok mie
ayam sih? Mie kan gak baik. Ya apa boleh buat.. Yang terlintas di
pikiran hanya mie ayam favorit saya itu…
Saya langsung mengarah ke warung mie ayam tersebut. Dengan menggowes
sepeda kesayangan tentunya. Karena jarangnya tak jauh dari kampus maka
dalam waktu sejenak saya pun sudah tiba di warung makan itu. Dan
langsung memesannya.
“mas, mie ayam biasa satu ya..” Pesanku pada tukang mie ayam.
“oke mas..”
Saya menuju meja makan yang masih kosong. Tas yang cukup berat saya
letakkan di lantai dengan menyandarkannya ke kaki meja. Kaca mata yang
terpasang saya lepaskan dan mengamankannya ke dalam saku kemeja. Satu
kancing dilepaskan karena sore itu terasa gerah sekali. Keringat
mengucur perlahan. Sambil menunggu mie ayamnya jadi, perhatian saya
tertuju pada layar kaca yang menayangkan laga uji coba Timnas melawan
Timor Leste. Masih babak pertama…
Tak lama, mie ayam pesananku jadi. Pelayannya mengantarkan ke mejaku.
“ini mas..” Kata pelayan.
“oh iya..”
“mau pesan apa?”
“hmm.. Es teh aja..”
Dan hanya menunggu beberapa menit saja, es teh pun jadi dan sudah berada
di atas meja.
------------------------------------------------
Hmm… mie ayamnya enak.. Mienya kenyalnya pas.. Daging ayamnya lembut..
Kuahnya gurih.. Sayurannya segar.. Ditambah sedikit kerupuk pangsit yang
masih garing. Semua itu tersaji dalam satu mangkuk. Supaya makin
maknyusssss, kasih sambal.. Urang minang jikok makan ndak pakai lado
ndak sero doh.. He he he…
Sedikit demi sedikit mie ayam pun naik silih berganti menuju rongga
mulut tak mau berhenti menguyah. Dengan menggunakan sepasang sumpit mie
ayam jadi semakin lama habisnya.. (maklum saya bukan orang jepang
melainkan minang tulen). Pertandingan laga uji coba Timnas melawan Timor
Leste juga semakin sengit. Masih belum tercipta satu pun gol oleh kedua
tim hingga babak pertama berakhir.
Ahh… bayangan dompet tiba-tiba terlintas di dalam benak. Maka saya
langsung meraba saku celana untuk memastikan keberadaan dompet masih
ada. Aman.. Alamaakkk!! Kalaupun dempet ada, bagaimana dengan uangnya?
Perasaan terakhir kali uang yang tersisa di dompet sudah menipis. Hanya
beberapa ribu saja. Saya sudah mulai merasa sedikit panik. Takut jika
nanti uangnya kurang atau malah tak ada uang sepersen pun dalam dompet.
Lupakan kekhawatiran itu sejenak. Yang penting habiskan dulu mie
ayamnya. Jika perut sudah terisi, pkiran pun akan lancar.. Yo ndak??
Hap… ini suapan terakhir. Jangan lupa habiskan dulu es tehnya. Brrrrr…
es tehnya bikin kerongkongan terasa segar.. Oke.. Semuanya sudah beres..
Mie ayamnya ludes hanya sisa sedikit kuah, es tehnya juga hanya tinggal
dua bongkahan es batu. Apa lagi ya? Ya tinggal bayar.. Uangnya ada gak?
Kepanikan kembali menyerang. Saya merasa deg-degan, perasaan saya
meyakini kalau uang yang ada di dompet pasti kurang. Benarkah? Yup!
Ternyata benar. Padahal seporsi mie ayam plus es teh harganya Rp 6.500
saja. Wiihh.. Murah banget.. Ini bukan masalah harga, tapi menyangkut
masalah harga diri. Sekarang ini harga diri saya harus dipertaruhkan
gara-gara hanya seporsi mie ayam. Berapa uang yang ada di dompet? Hanya
tersisa selembar uang pecahan Rp 5.000. Duh.. Kasihan banget ya nasib
mahasiswa yang satu ini. Uangnya tinggal Rp 5.000 yang tersisa di
dompet. Eitsss… jangan salah paham dulu.. Ini bukan masalah ada atau
tidaknya uang. Karena uangku kebetulan cukup banyak di tabungan. Tinggal
tarik di ATM saja..
Dengan langkah malu dan penuh beban, saya menghampiri si tukang mie
ayam.
“berapa mas?” Sok-sok nanya padahal dah tau duitnya kurang.. :p
“apa aja?” Tanya si penjual.
“mie ayam biasa plus es teh..”
“biasa… enam setengah aja..
Dengan perasaan malu terpaksa saya harus mengatakan kalau uang yang ada
di dompet hanya selembar pecahan 5000.
“maaf mas.. Uangnya kurang.. Aku lupa tadi ke ATM. Ngutang dulu ya..”
Ganteng-ganteng kok ngutang.. Ha ha ha
“oh gitu.. Santai aja.. Gapapa kok..” Ekspresi si tukang mie ayam hanya
datar.
Mungkin karena memang saya sudah sering makan mie ayam disana jadi mas
penjualnya sudah hafal wajah saya. Namun walau demikian, tetap saja hati
ini merasa malu. Untung saja tak ada pembeli lain yang memperhatikan
kami. Tapi tetap saja, muka ini mau disembunyikan dimana?
------------------------------------------------
Itu salah satu pengalaman yang pernah saya alami. Saya harus berhutang
walau hanya 1.500 saja. Apalah nilai uang sekecil itu. Yaa.. Tapi apa
boleh buat?? Kejadian sudah terjadi begitu saja..
Ada pengalaman lain yang juga menyangkut kelupaan menyediakan uang saat
makan di luar. Ketika itu saya makan nasi padang. Saya makan on the
spot. Ketika perut sudah kenyang barulah saya menyadari jika ternyata
uang yang ada di dompet tidak cukup membayar harga seporsi nasi padang
yang telah disantap dengan lahap. Uangnya kurang. Dan untungnya saya
selalu membawa kartu ATM. Dan pada akhirnya saya bisa mengambil uang di
ATM yang berada tak jauh dari warung nasi padang itu. Dan saya bisa
membayarnya dengan uang pas. Namun walau demikian tetap saja ada tinggal
perasaan malu di hati ini. Karena saat pergi ke ATM, tas sengaja saya
tinggal sebagai jaminan untuk meyakinkan bahwa saya memang pergi ke ATM
untuk menarik uang.
------------------------------------------------
Sebuah pengalaman yang cukup menarik dan berkesan ya… berhutang memang
tak akan pernah lepas dari diri manusia. Setiap orang pasti pernah
berhutang dalam hidupnya. Saya, anda dan semua orang di dunia ini pernah
berhutang. Baik itu hutang dalam jumlah besar maupun kecil. Dan
berhutang pasti akan meninggalkan beban moral dan psikologis bagi orang
yang sedang berhutang tersebut.
Apa pelajaran yang bisa kita petik dari kisah pengalaman diatas? Ada
beberapa hal yang sekiranya perlu untuk kita cermati bersama agar ke
depannya apa yang saya alami ini tidak menimpa diri anda. Diantaranya
adalah:
Selalu cek uang yang tersedia di dompet
Rutin dan ceklah selalu sisa uang yang ada di dompet anda. Ketika sudah
menipis maka segeralah tambah kembali. Sediakan uang yang cukup di dalam
dompet. Agar ketika melakukan transaksi jika merepotkan kita hanya
gara-gara kekurangan uang di dalam dompet.
Belanja sesuai budget
Jika memang anda lupa mengisi ulang uang di dompet maka ketika akan
berbelanja sesuaikan dengan sisa uang ada tersebut.
Selalu bawa kartu ATM
Jika memang nantinya anda ternyata kekurangan uang di dompet maka
solusinya adalah menarik uang di ATM. Oleh sebab itu kartu ATM harus
selalu ada di dompet agar mudah dan tinggal langsung ambil uang di ATM.
Teman bisa jadi malaikat
Ada baiknya jika ada mengajak teman untuk berbelanja. Jika anda
mengalami kisah seperti diatas maka keberadaan teman bisa diandalkan.
Pinjam dulu uang teman jika uang kita kurang. Dan setelah itu uang
pinjaman tersebut segera dilunasi kembali.
Demikianlah kisah pengalaman yang saya alami sendiri mengenai masalah
berhutang. Semoga kisah saya ini bermanfaat bagi kita semua. Dan ada
perlunya bagi teman-teman semua untuk menyimak pelajaran yang bisa kita
ambil bersama. Sebisa mungkin jangan sampai berhutang. Karena bebannya
terasa sangat berat. Berhutanglah jika kondisinya memang sngat mendesak
seperti kisah saya diatas. He he he..
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/akbarisation/menanggung-malu-karena-berhutang-di-warung-makan_5519819fa333110118b65a25
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/akbarisation/menanggung-malu-karena-berhutang-di-warung-makan_5519819fa333110118b65a25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar